CERPEN KECUPAN SAMPAH
Lonceng
berbunyi tanda para biksu telah selesai mengajar. Seluruh isi pemukiman Arya punya
kepala suku sendiri. Salah satu kerajaan bernama Lamfao di kepalai oleh Lizaguar.
Lizaguard putra dari Laksamana Romud. Mereka adalah penguasa yang agung.
Kekuasan sepenuhnya dipegang Romud akan tetapi satu sisi komplotan yang
menentang kekuasaan, Burneuos. Dikepalai oleh Raja Goshin. Keduanya mempunyai
keturunan. Raja Agung Goshin dianugrahi putri semata wayang yang cantik jelita,
Rosella Lorina.
Kecupan
Sampah
Karya : Tifany Anggraeni
Putri Solihat
|
Rupanya kendala itu tidak menghalangi perasaan
Guard untuk mempersunting Sella. Karena tekad yang bulat untuk mempersatukan
kubu yang telah lama beradu. Goshin telah mempersiapkan siasat untuk menguasai
negara ketika putra Romud mempersunting putrinya. Akan tetapi niat jahat itu
pun diluluhkan oleh putrinya sendiri.
Hampir seratus tahun sudah dua kerajaan yang
masih sengit untuk beradu belum terluluhkan oleh apapun. Hanya kekuasaan yang
mereka perlukan. Namun itu tidak menyurutkan niat Guard untuk mendamaikan kedua
kerajaan.
Sella gemar berjalan-jalan untuk menghilangkan
rasa gundahnya. Terkadang Ia lupa bagaimana arah pulang karena terlalu asik
dengan menjelajah dunia yang belum Ia ketahui. Itu membuat Qwindry, istri
Goshin merasa khawatir karena Sella anak semata wayangnya. Pewaris tunggal
kekuasaan ayahnya.
Sore yang gelap saat itu tidak meluluhkan Sella
untuk berkuda dan mencari dunia yang baru. Ia lupa bahwa kakeknya pernah
berkata padanya
“Jangan pernah kamu lupa untuk memakai kalung
pemberian kakek, itu bisa menyelamatkan kamu dari sihir apapun!.”
Kata-kata kakek terakhir yang terngiang di kepalanya.
Hanya saja hari itu Ia lupa memakai kalung xio itu, dan anehnya hari itu juga Sella
berjelajah cukup jauh dan lupa waktu. Keresahan menyelimuti Qwindry. Ia tau
putrinya pandai berkuda dan bertarung akan tetapi dia adalah seorang putri yang
juga bisa lengah dan lemah.
Kabar itu terdengar sampai kepada telinga Guard.
Dia tidak tinggal diam mendengar hal itu terjadi. Ia segera berkuda dengan
pasukannya dan mencari wanita yang Ia cintai. Tetapi Guard dan komplotannya
tersesat di sebuah tempat bernama Ngarai Liro. Tempat dimana tidak ada yang
bisa kembali lagi.
Itu karena Romud tidak mengizinkan putranya
pergi mencari anak dari musuhnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa anaknya nekat
mencari kekasihnya yang tak direstui oleh Keduanya. Sella masih asik untuk
menjelajah dunianya dan melupakan kehidupannya.
Saat Ia memasuki gua yang cukup menarik hatinya,
Ia coba mengendap-endap dan melihat berbagai dinding gua yang landai. Banyak artefak
yang tergeletak dimana-dimana. Dalam hatinya tidak ada sedikitpun rasa takut
dan was-was. Tak ada keraguan tak bisa pulang. Hanya keingintahuan yang besar
yang ada dalam dirinya.
Dua hari Ia hidup di gua tak ada yang
mencarinya, Ia menyangkal beradu antara logika dan perasaan. Hanya saja persediaan
makanan yang dibawanya hampir habis. Ia bingung harus mencari kemana, jika Ia
masih terjebak di gua dan tak bisa keluar serta tak ada binatang yang bisa di
bunuh, Ia bisa mati kelaparan.
Ia tidak tinggal diam, segera mengambil batu dan
menggosokkanya. Tak lama api pun lahir dan membesar. Syukurlah Sella bisa
menghangatkan tubuhnya yang menggigil. Ia mulai mengantuk dan tak lama kemudian
Sella telah asik dengan bunga tidurnya.
Pagi telah tiba, walaupun cahaya matahari tak
bisa menembus gua, tetapi Sella merasakannya. Api sudah padam sejak lama. Ia sadar
sedari kemarin Ia ditemani oleh sesuatu tetapi Ia tidak tahu siapa. Mungkin hanyalah
khayalan dalam imajinasi Sella yang mengharuskan seperti itu bukti bahwa Ia
merindukan keluarganya. Dia baru merasakan kesepian setelah tiga hari menetap
di gua yang gelap.
Guard yang malang pun terjebak di Ngarai Liro
dengan pasukannya. Dua hari Ia sudah berkelana mencari pujaan hatinya yang
hilang entah kemana. Ngarai Liro dahulunya terdapat banyak macam-macam Biksu
yang terkenal dengan kesaktian ilmunya. Ilmu menghilang, membuat orang
kesakitan, terbang, dan ilmu-ilmu yang diluar kekuatan manusia.
Guard banyak belajar dari Biksu di sukunya. Ada
salah satu cara agar bisa keluar dari Ngarai Liro yaitu dengan menyerahkan satu
nyawa untuk digunakan sebagai tumbal. Pasalnya semua orang yang terjebak adalah
pasukannya, rakyatnya sendiri. Ia tak mau memberikan nyawa rakyatnya sendiri.
Ia adalah raja. Walaupun Ia tau belum saatnya Ia melakukan hal itu, tapi dalam
lubuk hatinya tertanam sifat yang rela berkorban. Bukan rela mengorbankan.
“Aku pemimpin kalian, tapi aku tak sanggup
mengorbankan salah satu diantara kalian dijadikan tumbal untuk mengeluarkan
kita dari Ngarai ini!” lirih putra Romud.
Dengan tersedu-sedu Ia meluapkan keresahannya
sambil meneteskan air mata. Ia tak tahu harus berbuat apa. Hanya penyesalan
yang Ia rasakan saat ini. Ia mau mengorbankan nyawanya untuk para rakyatnya
akan tetapi Ia tak mau berpisah dengan wanita yang Ia sayangi.
Setelah cukup beberapa lama, Ia mengambil
keputusan .
“Aku yang akan menyerahkan nyawaku untuk
rakyatku tak peduli apapun resikonya. Jika harus mati di Ngarai ini, aku rela tetapi
hanya satu yang aku inginkan pertemukanlah aku dengan Sella di akhirat.” Gertak
Guard.
“Tetapi Tuanku, bukankah sia-sia jika Tuan mati
disini dengan cara yang tidak wajar.” Celetuk salah satu anak buahnya.
Tanpa pikir panjang, dengan lantang Ia menjawab.
“Itu suatu yang wajar dilakukan bila ingin
disebut pemimpin yang sebenarnya.”
Mereka segera melakukan ritual dan membaca
banyak mantra untuk melepaskan sihir yang mengelilingi Ngarai Liro. Tidak lepas
dari itu mulutnya berbicara mantra tanpa jeda. Anak buahnya juga melakukan hal
yang sama.
Sesaat sang raja menghilang tanpa jejak.
Sementara itu, mereka terbebas dan akhirnya bisa keluar dan terlepas dari
kutukan jahat. Mereka segera pulang dan memberi tahu kepadan Tuan Romud bahwa
putranya telah pergi dengan keinginannya sendiri.
Mendengar hal itu ibunya Guard begitu
terpelonjak kaget. Pewaris satu-satunya telah pergi untuk selama-lamanya. ayahnya
geram ingin berontak tetapi tak bisa. Selama itu terjadi sang putri juga
menghilang entah kemana. Usut punya usut mereka telah bersama di akhirat.
Seratus tahun setelah kejadian itu. Seorang ibu
melahirkan putra bernama Sinichi. Seorang anak yang tampan dengan kemampuan
yang luar biasa. Dapat terbang kemanapun, dapat menghilang, dapat mengangkat
apapun, dapat berbicara kepada hewan. Kemampuan yang tidak dimiliki oleh
manusia modern pada zaman sekarang. Hanya ada pada tokoh ilusi sebuah cerita. Tetapi
ibunya melahirkan dalam keadaan serba kekurangan. Virna tak menyangka Ia mempunyai
anak dengan kemampuan luar biasa.
“Ichi, ambilkan singkong di kebun nak!”
tukasnya.
“Iya mak” dengan lirih kepada ibunya.
Satu, dua, tiga, daun menjari dicabut dari tanah
dengan susah payah. Diberikanlah singkong kepada ibunya untuk dimasak dan
dijual. Banyak seusianya menikmati mainan mahal bersama teman sebayanya. Tetapi
Ichi dengan segala kekurangannya Ia tetap tabah atas pemberian tuhan kepadanya.
Ia rajin melaksanakan ibadah di sela-sela pekerjaan serabutannya. Iya Ichi
terlahir harus menjadi tulang punggung keluarganya. Rasanya berat sekali.
Melihat anak lain pergi memakai seragam yang rapi dan bersih dan dia harus
memakai baju kumal dan bau untuk berjualan getuk.
Dengan keuntungan tak seberapa. Ia bertahan
berjualan. Hatinya hancur melihat teman seusianya bisa bermain tanpa beban,
tetapi dia lebih hancur hatinya jika melihat adik dan ibunya kelaparan.
Mulianya hatimu Ichi.
Jauh di kota yang berbeda, Laura seorang gadis
imut yang manja. Menjadi kebanggaan orang tuanya. Dengan gadget dan barang yang
serba mahal. Menjadikan Ia bisa sesuka hati membuang sesuatu. Ia tidak
merasakan bagaimana orang di luar sana bersusah payah melawan kemiskinan dan
menabung dengan sangat lama untuk membeli barang yang diinginkan.
“Nona, kok mainannya dibuang ke tempat sampah?” tanya
pembantu Laura.
“Udah lecet mainannya, lagian juga udah rusak.”
Tukas Laura dengan nada tinggi.
Tak bisa dipungkiri anak zaman platinum tak
mengenal kata maaf, tolong, dan terima kasih. Menjadi motivasi Ichi untuk membangun
bangsa sebagai pengajar dipedalaman. Walaupun Ia tahu gaji yang didapat tidak sebanding
dengan kelelahan yang Ia dapat. Ia bertekad seperti itu, karena Ia tak mau ada
anak seperti dirinya yang tidak mengenal bangku sekolah.
Dua puluh tahun sudah berlalu. Ichi bukan lagi
penjual getuk yang kumal. Dasi merekat kuat di lehernya. Banyak kertas yang
harus ditanda-tangani. Kursi yang empuk dan ruangan yang ber-AC. Tempat tidur
dengan fasilitas lengkap itu semuanya milik pribadi. Wajahnya sangatlah jauh
berbeda dari sejak Ia menginjakkan kaki di gedung pencakar langit tersebut.
Ekspetasi teman sebaya Ichi yang menganggap rendah Ichi kini telah sirna.
Dibuktikan dengan gosip yang mewabah di kampungnya.
Banyak gadis cantik terpikat dengannya. Sikapnya
yang rendah hati dan penurut membuat gadis manapun senang diperlakukan istimewa.
Terkecuali, Laura. Sekretaris yang seharusnya lebih dekat dengan dirinya malah
lebih membeci dirinya. Entah mengapa ada setitik kebencian dalam hatinya.
Terbesit ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tetapi Ia tak mungkin
melakukan itu. Ia membutuhkan gaji itu. ayahnya sudah sakit-sakitan.
“Nak, maafkan ayah tak bisa membahagiakan mu,
maafkan ayah tak bisa menjaga perusahaan ayah. Ayah terlalu percaya kepada
rekan kerja ayah. Ayah tak tahu harus bagaimana semuanya sudah habis di sedot
oleh Tomi. Terkutuk lah kau Tomi!.”
Gertak Rowel.
“Sudahlah ayah, biarkan masa lalu dijadikan
pelajaran agar lebih baik kedepannya. Aku hanya butuh ayah sehat sekarang.
Jangan pikirkan apapun. Kita bisa lalui ini bersama.” Jawab Laura dengan mata
yang berkaca-kaca.
Ia tak menyangka hidupnya bisa jadi seperti ini.
Menderita, sengsara, penuh lara dalam jiwa. Jauh berbeda ketika Ia kecil
dahulu. Bahagia dan berfoya-foya. Penyesalan yang ada akhirnya.
Laura tau sikap buruk yang dimilikinya tak bisa
hilang sampai sekarang. Sombong, dengki masih menjadi tuan rumah di benaknya.
Susah rasanya menghilangkan sifat yang sudah mendarah daging. Walaupun Ia tau
banyak orang lain yang tak menyukainya akibat sifatnya. Beruntung direktur
masih memberi kesempatan kepadanya untuk berubah dan mempertahankannya. Padahal
tak jarang Ia membuat ulah yang menjengkelkan teman rekan kerja yang lain.
Tak habis pikir mengapa direktur begitu baik
padanya. Padahal Ia tau bahwa Laura membencinya. Tak masalah baginya. Itu tantangan
bagi Ichi.
“Menaklukan kehidupan sudah, hanya tinggal
menaklukan perempuan. Apa susahnya?.” Pikirnya dalam hati.
Dengan kekayaan yang Ia miliki. Lupa kacang
kulit bukanlah sifatnya. Mengunjungi ibunya yang renta adalah kewajibannya.
Dengan mencium telapak kaki ibunya Ia meminta maaf dengan tulus. Ia bawa ibunya
ke kota, tinggal dengannya. Sembuhlah penyakit ibunya yang telah lama diderita.
Tak menyangka Ia bisa berhasil seperti itu. Tetapi ada satu cita-cita yang
belum tersampaikan hingga saat ini. Menjadi guru pedalaman. Ia ingin meraih
cita-citanya sejak lama. Oleh karena itu Ia merantau agar jadi sukses dan bisa
mengajar di pedalaman. Bukan menetap di kota, bukan keinginannya.
Laura terpelongo mendengar atasannya
menceritakan rencananya. Ia tak habis pikir. Apa yang dia pikirkan tentang
mengajar itu adalah hal paling buruk yang pernah dia temukan.
“Kau sudah mendapatkan jabatan, kekayaan, dan
sekarang kau mau meninggalkan itu semua demi mengejar cita-cita yang tak masuk
akal itu? Kau gila ya Chi, sangat gila! Taruh dimana otakmu pak bos?”
Bentak Laura.
“Aku sudah pikirkan dengan matang, aku sudah tau
apa resiko selanjutnya. Tetapi aku tak bisa membohongi perasaanku bahwa bukan
tempat seperti inilah yang aku cari. Bukan keinginanku.” lirih Sinichi.
“Aku tak tau apa yang berada di kepalamu, yang
membuatmu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat.”
“Aku tak mengalami depresi, perusahaan baik-baik
saja. Tak ada masalah, aku masih terngiang-ngiang oleh masa lalu ku yang sangat
kelam, itu saja.”
Laura pun meneteskan air mata. Ia terenyuh
mendengar cerita sinichi yang menyentuh. Ia sadar bahwa ada pria yang
menahannya untuk tetap bekerja di sampingnya sebagai tempat curahan hatinya
juga. Ia juga sadar bahwa masa lalunya memberikan pengalaman yang begitu besar.
Ia memejamkan mata sebentar. Ia menangis tersedu-sedu meratapi sikapnya yang
keterlaluan.
Kesepakatan sedang dibuat. Sinichi memanfaatkan
liburan yang diberikan kepadanya untuk mengajar di pedesaan yang jauh disana.
Entah mengapa Ia begitu nyaman ketika disamping Laura, seperti sudah pernah
kenal dan dekat. Ia pun mengajak Laura berlibur. Walaupun Laura tak suka, tetapi
Ia menghargai liburan yang diberikan atasannya kepadanya.
Desa Arya namanya. Tempat yang dituju dua pria
dan wanita yang hidup kembali itu. Mereka tak menyadari bahwa mereka adalah
jiwa yang hilang dan sengaja dipertemukan kembali karena ketulusan cinta
mereka. Tetapi rasanya wanita itu tidak bisa mengingat masa lalunya.
Hari pertama mengajar Sinichi telah mahir
mengajarkan apa yang Ia tahu. Anak-anak Desa Arya senang dibuatnya dengan
kehadiran mereka disini. Membuat mereka tidak buta dunia. Tak jarang mereka
diledek berpacaran oleh muridnya. Dengan muka merah mereka menyangkal status
itu.
Laura dan Sella punya kebiasaan yang sama,
jalan-jalan sore hari. Karena sebenarnya mereka adalah sama. Sinichi dan Guard
pun adalah orang yang sama.
Suatu sore yang cerah, Laura yang penasaran
dengan sesuatu yang bergerak itu. Dia mengikuti sampai ke jurang. Lupa dengan
tujuan Ia datang kesini. Lupa bahwa dia tak bisa pulang lagi.
Diam-diam Ichi mengikuti. Ketika Laura hampir
jatuh Ichi berlari dan segera menarik pengelangan tangan Laura dengan erat.
Mencengkram pinggang agar tidak jatuh. Mereka merasakan hembusan nafas mereka
beradu. Hanya dua sentimeter kini jarak Laura dengan Sinichi.
Takdir menginginkan mereka berdua bersatu.
Diberi kesempatan untuk mengulang kembali agar tidak melakukan kesalahan yang
sama. Cinta sejati telah diikrarkan oleh Guard di Ngarai Liro. Keinginannya
untuk bersama pujaan hatinya terkabul.
Tetapi mereka tidak selamat. Terjebak dalam
tumpukan sampah aneh yang elastis dari masa depan yang mengepung dan membuat
mereka berdua tertutup oleh sihir sampah yang membuat mereka kebingungan.
Semuanya gelap, hanya ada tangan yang saling menggenggam erat. Hanya ada
kepercayaan yang ditanamkan. Hanya ada kebahagian yang dinantikan. Hanya ada
keresahan yang menggundahkan. Hanya ada ketenangan yang didapatkan.
Telah lama mereka bersama tetapi hanya satu
kesempatan untuk meluapkan isi hati. Ingatan mereka kembali. Cinta mereka
kembali. Selama ini mereka memendam perasaan dan dipertemukan pada kondisi yang
mengharukan. Mengingat semua yang telah terjadi dengan semua upaya, takdir
menginginkan mereka bersama. Disatukan dalam kecupan yang mengakhiri segalanya.~TAPS
Komentar
Posting Komentar