LAPORAN PRAKTIK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
LAPORAN
PRAKTIK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu :
Dr. H. Sutirna, M.Pd.
Disusun Oleh :
Tifany Anggraeni Putri Solihat NPM 1810631050211
KELAS A
SEMESTER
IV (EMPAT)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl. HS. Ronggo Waluyo, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat 41361; Telepon : (0267)641177, 641367, 642582; Fax : (0267) 641177,
641367, 642582, Website : http://www.unsika.ac.id
Email : info@unsika.ac.id
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya. Dalam
hal ini peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok
masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk hidup lainnya. Menurut
Ahmad Juntika Nurihsan (2015) peradaban mencerminkan kualitas kehidup manusia
dalam masyarakat. Kualitas peradaban diukur dari ketentraman (human security),
kedamaian (peacefull), keadilan (security), kesejahteraan (welfare)
yang merata.
Seiiring dengan perkembangan zaman, manusia mengalami perkembangan yang
signifikan yakni, berupa kemajuan dalam sains dan teknologi serta kemudahan
dalam mengakses informasi. Pendidikan menjadi salah satu alasan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi) yang berkembang pesat saat ini. Pendidikan
senantiasa lahir dari berbagai perdaban dunia.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan zaman yang semakin maju, perkembangan pembangunan di Indonesia
menuntut tersedianya manusia-manusia yang berpengatahuan luas, cerdas tekun,
tangguh dan disiplin tinggi sehingga dapat berkompetensi dalam kehidupan yang
serba kompleks. Untuk mempersiapkan tersedianya manusia-manusia yang unggul dan
berkualitas, maka salah satu cara untuk mencapainya yaitu dengan meningkatkan
mutu pendidikan.
Mutu pendidikan memiliki peranan penting bagi perkembangan suatu bangsa
dalam usaha membangun sumber daya manusia yang unggul dan cerdas sehingga dapat
bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya. Pendidikan Nasional mempunyai tujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang termaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
pemerintah dan juga masyarakat diharuskan menyelanggarakan pendidikan.
Tantangan dunia pendidikan masa depan adalah bagaimana menyelenggarakan
pendidikan yang tanggap terhadap tantangan global. Kemudian teknologi
komunikasi dan informasi telah membuat dunia seakan menjadi sebuah “desa
global”. UNESCO (dalam A Atmadi, 2010:6) telah mempersiapkan pendidikan manusia
abad XXI yaitu”peserta didik
perlu dilatih untuk bisa berfikir (learning to think), bisa
melakukan (learning to do) dan mengahayati hidupnya menjadi apa yang diinginkan
(learning to be)”. Apabila tidak ingin tertinggal dengan masyarakat
modern lainnya, maka seseorang dituntut untuk selalu gemar belajar. Dengan cara
demikian, orang dapat menerima kemajuan tanpa beban dan keluhan.
Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga jenis Pendidikan yang ada di
Indonesia, yaitu Pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan
informal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang terstruktur dan
memiliki jenjang, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan
sekolah dasar (SD), pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), pendidikan
sekolah menengah atas (SMA), dan pendidikan tinggi (PTN/Institut/Kedinasan).
Pendidikan formal inilah yang akan menjadi acuan dalam perkembangan dunia pendidikan.
Pendidikan formal diselaggarakan untuk menggali dan mengembangkan potensi
peserta didik yang ditunjukan untuk memberi pengetahuan dan keterampilan dasar
melalui berbagai mata pelajaran.
Berbagai masalah terjadi pada setiap mata pelajaran, antara lain
permasalahan peserta didik, pendidikan, manajemen pendidikan, kurikulum,
fasilitas pendidikan, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Banyaknya
masalah mata pelajaran di Indonesia merupakan salah satu alasan untuk
mereformasi pendidikan di sekolah dan salah satu mata pelajaran tersebut adalah
mata pelajaran matematika.
Masalah umum dalam mata pelajaran matematika antara lain: rendahnya daya
saing di ajang internasional, rendahnya rata-rata nilai UAN (Ujian Akhir
Nasional) bila dibanding dengan pelajaran lain, rendahnya minat belajar
matematika disebabkan asumsi anak terhadap pelajaran matematika terasa sulit,
apalagi dengan metode pengajaran guru kurang
menarik yaitu guru menerangkan sementara murid mencatat.
Permasalahan lain dalam pembelajaran matematika sebagai berikut: dalam
pembelajaran matematika sering terlihat peserta didik kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran, apabila ditanya oleh guru tidak ada yang mau menjawab,
jika tidak ditunjuk. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah
kualitas pembelajaran yang dilaksanakan disekolah perlu adanya perbaikan-perbaikan
dalam pelaksanaan proses pembelajaraan.
Pembelajaran matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari karena banyak persoalan dalam kehidupan yang memerlukan
pemecahan dengan kemampuan matematika, seperti mengukur, menghitung, dan
menimbang. Misalkan untuk menghitung banyaknya benda, mengukur jarak dan luas
suatu benda sampai dengan menimbang berat benda tersebut. Menyadari akan
pentingnya matematika dalam kehidupan maka belajar matematika selayaknya
menjadi kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Namun, kenyataannya
bahwa belajar matematika seakan menakutkan dan dianggap sulit bagi sebagian
besar peserta didik sehingga, sebagian peserta didik menghindari pelajaran ini.
Hal ini yang terjadi karena pembelajaran matematika selama ini cenderung hanya
berupa menghitung angka-angka dan menghafal rumus-rumus, yang seolah-olah tidak
ada makna dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari apalagi untuk memecahkan
masalah yang terjadi disekitarnya. Hal tersebut kian diperparah dengan
pengajaran matematika yang masih bersifat verbalistic dan kurang mengakomodasi
minat peserta didik, banyaknya tugas PR yang harus dikerjakan dan adanya
pemaksaan-pemakasaan guru terhadap peserta didik juga telah memicu keengganan
para peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.
Di dunia pendidikan pada zamannya dikenal pula dengan kegiatan bimbingan
dan konseling yang dilakukan atas dasar tanggung jawab untuk membantu
memecahkan masalah yang dihadapi anak. Ketika anak-anak mulai bergaul dalam
lingkungan eksternal lebih luas, maka
dia menghadapi masalah lebih luas dan rumit pula. Disini diperlukan bantuin
orang dewasa untuk menghadapi masalah dan menyelesaikannya dengan kemampuan.
Kegiatan bimbingan adalah membantu anak untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan dirinya secara optimal di tengah lingkungan yang berubah untuk
memenuhi tugas perkembangan sedangkan Konseling yang berisikan kehiatan bantuan
kepada peserta didik sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dalam
pembalajaran dan pergaulannya sehari-hari. Menurut Mamat supriatna, peserta
didik sebagai individu sedang berada dalam proses perkembangan atau menjadi
(becomming) yaitu berkembang kea arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut peserta didik memerlukan bimbingan, karena mereka
masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan
juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat
suatu keniscayaan, bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung
secara mulus, atau steril dari masalah.
Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam jalur
linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai.
1.2.
TUJUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
Tujuan
merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil qyang diharapkan, atau sesuatu
yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan. Tujuan
bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas
perilaku atau pribadi peserta didik yang diharapkan berkembang (kompetensi
siswa) melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.
a.
Peserta
didik memahami pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari
b.
Peserta
didik termotivasi untuk menyenangi mata pelajaran matematika.
c.
Peserta
didik menyadari bahwa sikap tidak menyukai mata pelajaran matematika adalah
sebuah sikap negatif.
d.
Peserta
didik dapat mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.
MANFAAT LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
Praktek
lapangan terbimbing ini memiliki manfaat untuk mahasiswa, sekolah dan perguruan
tinggi. Adapun manfaatnya yaitu :
1.
Mahasiswa
a.
Mahapeserta
didik dapat secara langsung mengetahui fakta kegiatan BK di lapangan.
b.
Belajar
mempraktikkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah serta memperdalam ilmu yang
telah dimiliki.
c.
Memperlancar
mahapeserta didik dalam mengenai masalah.
d.
Mahapeserta
didik mengetahui bahwa kegiatan praktik layanan bimbingan dan konseling ini
tidak semua teori yang didapat dalam perkuliahan dapat efektif menangani
masalah yang nyata.
2.
Peserta
Didik
a.
Peserta
didik yang mendapat praktik layanan bimbingan dan konseling akan mengalami masa
transisi menjadi lebih baik lagi akibat dari dukungan dan bimbingan yang
diberikan.
b.
Peserta
didik dapat mengubah pola pikir serta mindset yang selama ini belum diketahui.
c.
Peserta
didik juga menjadi aktif dan mudah bergaul karena bimbingan tersebut memberikan
kepercayaan diri yang dibangun dari dalam.
d.
Peserta
didik juga mengetahui pentingnya belajar dan juga pentingnya mempunyai suatu
cita-cita serta keinginan.
e.
Peserta
didik juga menjadi mudah menentukan apa yang menjadi minat dan bakat yang
dimilikinya saat ini.
f.
Peserta
didik menjadi paham betul apa yang salah dalam dirinya dan juga kehidupannya.
g.
Peserta
didik bebas menceritakan apa saja yang mungkin sebelumnya tidak bisa
dikeluarkan dan tidak ada yang mau mendengarkan kesulitan atau masalah yang
dihadapi.
3.
Guru
Bimbingan dan Konseling
a.
Membantu
Guru BK dalam menangani peserta didik yang merasa sulit sekali diberi
bimbingan.
b.
Memperoleh
kerja sama yang menguntungkan untuk kedua belah pihak.
c.
Mendapatkan
banyak wawasan yang mungkin belum diketahui sebelumnya.
4.
Guru
Mata Pelajaran
a.
Membantu
guru mata pelajaran untuk mengubah peserta didik yang kurang dalam mata
pelajarannya.
b.
Membantu
guru mata pelajaran untuk lebih baik lagi dalam mengajar peserta didik di dalam
kelas.
c.
Membantu
guru mata pelajaran dalam mengevaluasi hasil praktik bimbingan dan konseling.
d.
Membantu
guru mata pelajaran lebih kritis dalam membedakan kemampuan peserta didik.
5.
Orang
Tua
a.
Orang
tua mendapat perubahan perilaku anaknya menjadi lebih baik lagi.
b.
Orang
tua mendapat perubahan dalam peningkatan nilai dan prestasi.
c.
Orang
tua mendapat kesempatan untuk mengeluarkan keluh kesah mengenai peserta didik.
d.
Orang
tua mendapat bantuan moral untuk anaknya agar masa depan yang lebih baik lagi.
6.
Sekolah
a.
Sekolah
menjadi bahan percontohann untuk sekolah-sekolah lainnya.
b.
Sekolah
menjadi mudah untuk menjaln kerja sama dengan perguruan tinggi.
c.
Sekolah
mendapat perubahan prestasi atau juga perubahan kelulusan diatas standar.
d.
Sekolah
mendapat akreditasi yang lebih lagi.
e.
Sekolah
menjadi pusat perbincangan dalam lingkungan masyarakat.
f.
Sekolah
dapat menjadi unggul dibandingkan sekolah lainnya.
7.
Universitas
a.
Universitas
mendapat keuntungan yaitu Perguruan Tinggi tersebut menjadi lebih familiar
dalam masyarakat.
b.
Universitas
mudah mendapat banyak kerja sama.
c.
Universitas
banyak mendapat sampel dari berbagai jenis peserta didik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
DEFINISI BIMBINGAN
Year Book of Education (1955) menyatakan
bahwa: ‘guidance is a process of helping individual through their own effort
to discover develop their potentialisties both for personal happiness and sosial
usefulness’.
Definisi
tersebut menjelaskan bahwa : “Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai penahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Jones
(1963:25) memberikan pengertian bimbingan adalah sebagai berikut: “Guidance
is the assistance given to individuals in making intelligent choises and
adjusments in their lives. The ability is not innate it must be developed. The
fundamental purpose of guidance is to develop in each individual up to the
limit of his capacity, the ability to solve his own problems an to make his own
adjustment…”
Pengertian
menurut jones diatas, ternyata bimbingan itu merupakan bantuan kepada individu
dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau tepat dalam penyesuaian kehidupan
mereka. Selanjutnya pula dikatakan bahwa kemampuan itu bukan merupakan suatu faktor
bawaan, tetapi harus dikembangkan.
Menurut
Sunaryo Kartadinata (1998:3) memberikan pengertian bimbingan adalah proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan Rochman
Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Dari
definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang apa definisi
bimbingan itu, sebagai berikut.
1)
Bimbingan berarti bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan
“membantu” berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan tetapi lebih menekankan
pada pemberian peranan individu kearah tujaun yang sesuai dengan potensinya.
Jadi, dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut menentukan pilihan atau
keputusan dari orang yang dibimbingnya. Artinya yang menentukan pilhan atau
keputusan adalah individu itu sendiri. Bantuan atau pertolongan merupakan hal
yang pokok dalam bimbingan. Namun, perlu diperhatikan tidak semua pertolongan
atau bantuan dapat disebut sebagai bimbingan, seperti membantu anak yang jatuh agar bangkit kembali.
Pertolongan atau bantuan yang dikatakan sebagai bimbingan adalah mempunyai
sifat-sifat lain yang harus dipenuhi.
2)
Bimbingan
atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal
mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri
(kekuatan dan kelemahannya) menerima keadaan dirinya dan dapat mengarahkan
dirinya sesuai dengan kemampuannya.
2.2.
DEFINISI KONSELING
Makna konseling menurut para pakar
adalah sebagai berikut.
Menurut Jones (dalam Bimo
Walgito,2010:7) menyampaikan pengertian konseling sebagai berikut :
‘Counseling is talking over a
problem with some one.usually but not always, one of the two has facts or experience or abilities not possessed to
the same degree by the other. The process of counseling involves a clearing up
of the problem by discussion’
Jones mengatakan bahwa konseling
itu membicarakan masalah seseorang dengan berdiskusi dalam prosesnya, hal ini
dapat dilakukan secara individual atau kelompok, jika dilakukan secara
individual dimana masalahnya sangat rahasia dan kelompok masalahnya yang umum
(bukan rahasia).
Shertzer dan Stone (dalam Syamsu
Yusuf & Jutika 2010:6) menyampaikan pengertian konseling adalah
“Counseling is an interaction
process which facilititates meaningful understanding of self and environment
and result in the entablishment and/or clarification of goals and values of
future behavior”.
Pengertian di atas memberikan arti
yang sangat sederhana dimana dikatakan bahwa konseling itu merupakan proses interaksi
dalam rangka memberikan pengertian diri dan lingkungannya dan dampaknya atau akibatnya
membentuk tujuan dan prilaku untuk masa depannya.
Menurut Prayitno dan Erman Amti
(2004:105) adlah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34)
mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan
agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan
atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling
diatas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/ klien
secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain,
teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupannya yang dihadapi klien
dengan wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan keberadaan
lingkungannya. Perlu diperhatikan oleh semua konselor baha keputusan akhir dari
sebuah proses konseling diserahkan kepada klien, bukan sebaliknya konselor yang
mengambil keputusan pemecahan masalahnya. Dengan demikian konseling lebih
bersifat kuratif atau korektif, artinya sebagai proses penyembuhan/perbaikkan
klien dengan masalah yang dihadapinya.
2.3.
DEFINISI KORELASI ANTARA BIMBINGAN
DAN KONSELING
Menurut
para Ahli, hingga detik ini belum ada kesepakatan antara hubungan bimbingan
dengan konseling. Menurut Jones (1963) menyatakan bahwa konseling sebagai salah
satu teknik dari bimbingan. Dengan demikian, bimbingan memiliki pengertian yang
lebih luas dibandingkan dengan pengertian konseling sehingga Jones menyatakan
bahwa konseling merupakan bagian dari bimbingan.
Blum
dan Balinsky (1973:3) menyampaikan bahwa:
“The word
guidance has historical significance but is somewhat outmoded. Possibly the
reason for this that formerly guidance practies were and advisory, whereas at
the present time the practices and techniques a less active role and the word
guidance. To conform with the trend, we have accepted the word counseling and
in fact, included it in the tittle. However for purpose of writing style we
shall use the terms counseling and guidance as synonymous”.
Ternyata
antara Jones dan Blum memiliki pandangan yang berbeda tentang antara hubungan
bimbingan dan konseling, Blum cenderung untuk menyamakan kedua pangertian
tersebut.
Bimo
Walgito (2010:9) menyampaikan bahwa jika diteliti, ternyata ada kesamaan antara
pengertian bimbingan dan konseling, selain sifat-sifat yang khas pada konseling.
Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Konseling
merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga pengertian bimbingan lebih
luasa dari pengertian konseling. Oleh karena
itu, konseling merupakan bimbingan, tetapi tidak semua bentuk bimbingan
merupakan konseling.
2.
Pada
konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi klien
(konseli), sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat
preventif atau pencegahan, sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau
korektif (penyembuhan). Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah,
sedangkan konseling harus ada permasalahannya terlebih dahulu.
3.
Konseling
pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara konselor dengan klien
secara face to face. Pada bimbingan tidk demikian halnya, bimbingan pada
umumnya dijalankan secara kelompok. Misalnya, bimbingan bagaimana cara belajar
yang efisien dapat diberikan kepada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu
secara bersama-sama.
Dari
penjelasan diatas dapat dilihat adanya perbedaan dan persamaan, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa bimbingan konseling merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Lalu, perlu diingat bahwa setiap bimbingan belum bisa dikatakan
konseling, namun jika setiap konseling sudah bisa dipastikan bimbingan, karena
setiap pelaksanaan konseling setidaknya harus memiliki masalah yang akan
menjadi bahan untuk diskusi.
2.4.
PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Prinsip
dasar dipandang sebagai fondasi dari sebuah pelayanan bimbingan. Prinsip ini
berasal dari konsep filosofis tentang kemanusian yang menjadi dasar bagi
pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun diluar
sekolah.
Prinsip-prinsip
Bimbingan dan Konseling Menurut buku bimbingan dan Konseling (Bimo Walgito,
2010:12-14) adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan
dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa dan orang-orang yang
sudah tua.
2.
Bertujuan
untuk memajukkan penyesuaian individu.
3.
Harus
menyeluruh kesemua orang.
4.
Semua
guru (tutor) di sekolah seharusnya menjadi pembimbing.
5.
Sebaiknya
semua usaha Pendidikan adalah bimbingan sehingga alat dan Teknik mengajar juga
sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan.
6.
Perbedaan
setiap orang harus diperhatikan.
7.
Diperlukan
pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbingnya.
8.
Memerlukan
sekumpulan catatan (cumullative record) mengenai kemajuan dan keadaan
anak.
9.
Perlu
adanya kerjasama yang baik antara institusi terkait.
10.
Kerjasama
dan pengertian orang tua sangat diperlukan.
11.
Supaya
berani bertanggung jawab sendiri dalam mengatasi permasalahannya.
12.
Bersifat
flexible.
2.5.
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Fungsi
bimbingan dan konseling di jalur persekolahan, luar sekolah dan lingkungan
masyarakat (keluarga) secara umum sama, artinya tidak ada perbedaan. Oleh
karena itu, untuk fungsi diambil dari Buku Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal
(ABKIN,2008:200). Fungsi bimbingan sebagai berikut.:
1)
Fungsi
Pemahaman,
yaitu fungsi pelayanan BK yang membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (konseli) dan lingkungan (Pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2)
Fungsi
Pemeliharaan dan pengembangan, yatu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya secara optimal sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji.
3)
Fungsi
Pencegahan,
yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan diri pada umunya, kesuksesan studi pada khususnya.
4)
Fungsi
Pengentasan,
yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
5)
Fungsi
Advokasi,
yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan
atas hak dan/atau kepentingannya, baik yang berkenaan dengan hak-hak kehidupan pada
umumnya, khususnya berkenaan dengan hak kependidikannya, yang kurang atau tidak
mendapat perhatian.
2.6.
ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN
KONSELING
Dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut
dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan (Prayitno dan Erman Amti,
2004).
Asas-asas
yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli
tangan, dan tut wuri handayani.
a.
Asas
Kerahasiaan
Asas yang
menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien)yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data yang tidak boleh dan
tidak layak diketahui orang lain.
b.
Asas
Kesukarelaan
Asas yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti atau menjalani
kegiatan yang diperuntukkan baginya.
c.
Asas
Keterbukaan
Asas yang menghendaki
agar klien yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura.
d.
Asas
Kegiatan
Asas yang
menghendaki agar klien yang menjadi sasaran dapat berpastipasi aktif dalam penyelenggaraan
kegiatan.
e.
Asas
Kemandirian
Asas yang
menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling.
f.
Asas
Kekinian
Asas yang
menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni,
permasalahan yang dihadapi klien merupakan kondisi sekarang.
g.
Asas
Kedinamisan
Asas yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan klien hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang.
h.
Asas
Keterpaduan
Asas yang
menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik
yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadu.
i.
Asas
Kenormatifan
Asas yang
menghendaki agar seluruh layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama,
hukum, peraturan dan lain-lain.
j.
Asas
Keahlian
Asas yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar-dasar kaidah professional.
k.
Asas
Alih Tangan Kasus
Asas yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan secara
tuntas mengalihtangankan ke pihak yang lebih ahli.
l.
Asas
Tut Wuri Handayani
Asas yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada klien untuk terus maju.
2.7.
DEFINISI BELAJAR
Menurut M. Surya (1986)
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dalam lingkungan. Perubahan
tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap
lingkungan, yang berupa keterampilan-keterampilan, sikap, kecakapan,
pengetahuan, pengalaman, apresiasi, dan sebagainya.
Belajar menurut suyono
(2011:165) suatu upaya pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kepribadian,
baik fisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh
aspek intelegensi sehingga anak didik menjadi manusia utuh, cerdas secara
intelegensi, cerdas secara emosional, cerdas secara psikomotor, dan memliki
keterampilan yang berguna untuk kehidupannya.
Dari definisi diatas
dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dapat merubah tingkah
lak menjadi lebih baik dan perbuatan yang ddilakukan secara sungguh-sungguh,
sisitematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik
maupun mental melalui pengalaman dan syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam
semua hal baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan
atau kecakapan.
2.8.
KESULITAN BELAJAR
Menurut Mardiyati
(1994:4) kesulitan belajar dapat diartikan sebgai suatu kondisi dalam proses
belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Hambatan-hambatan itu dapat bersifat psikologis sosiologis,
maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya
Seorang peserta didik dapat diduga
mengalam kesulitan belajar bila peserta didik yang bersangkutan menunjukkan
kegagalan belajar tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Dianatara
kegagalan tersebut adalah jika tidak tercapainya dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar.
Diantara kegagalan
tersaebut adalah jika dalam batas waktu tertentu peseerta dididk tidak dapat
mencapai tingkat penguasaan minimal dalam pembelajaran seperti yang ditetapkan
oleh guru. Secara umum kesulitan belajar matematika dapat dikatakan sebagai
suatu kondisi dalam pembelajaran yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu dalam mencapai hasil belajar matematika sesuai dengan potensi atau
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwasannya kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai
dengan kapasitas yang diharapkan .
Secara garis besar
Mulyono (2012:12) merangkum kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam
dau kelompok, yaitu:
a. Kesulitan
belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning disabilities)
umumnya sukar diketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru, karena tidak ada
pengukuran yang sistematik, seperti halnya dalam bidang akademik.
Kesulitan belajar ini disebabkan tidsk dikuasainya
keterampilan prasyarat (prerequisite skills), yaitu keterampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu agar dapat menguasai bentu
keterampilan berikutnya.
b. Kesulitan
belajar akademik (Academic learning disabilities). Kesulitan belajar ini
menunjuk adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak
sesai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup
penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan matematika. Kesulitan
belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal
menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
BAB III
METODE LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
3.1
IDENTITAS PESERTA DIDIK
Biodata Lengkap
Nama
Lengkap : Rifan Abiyansah
NIK : 3215101911050001
Agama
: Islam
Jenis
kelamin : Laki-laki
Tempat
Tanggal Lahir : Karawang, 19
November 2005
Status
dalam keluarga : Anak kandung
Anak
yang ke : Dua dari dua bersaudara
Alamat
: Dusun
KarangJati
RT/RW : 003/005
Kelurahan
: Karangjaya
Kecamatan
: Pedes
Kabupaten
/ Kota : Karawang
Provinsi
: Jawa Barat
Telepon
/ HP : 083110784165
Nama
orang tua :
a. Nama
Ayah : Suripto
NIK : 3215101406700003
Pendidikan
: SLTA/Sederajat
Pekerjaan
: Petani
Penghasilan
:
> Rp 10.000.000
Alamat :
Dusun Karangjati,
RT/RW 003/005, Kelurahan Karangjaya, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa
Barat.
b. Nama
Ibu : Suherti
NIK :
3215106004770005
Pendidikan
: SLTA/Sederajat
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Penghasilan
:
Tidak berpenghasilan
Alamat :
Dusun Karangjati, RT/RW 003/005,
Kelurahan Karangjaya, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat.
3.2
METODE LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING
Layanan konseling adalah suatu
layanan yang diberikan oleh seorang konselor kepada klien dengan tujuan
membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya. Layanan ini bisa diberikan
kepada satu orang klien saja. Di dalam layanan konseling terdapat macam-macam
layanan lainnya, yang dapat mudah dalam membantu klien serta terdapat teknik-teknik
umum dan teknik-teknik khusus dalam penyelesaian masalah yang diberikan seorang
konselor kepada klien.
Menurut Permendikbud Nomor 111
tahun 2014 bahwasannya layanan bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis,
objektif, logis dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor
atau guru BK untuk memfasilitasi perkembangan klien agar dapat mencapai
kemandirian dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambi
keputusan, dan merealisasikan diri ecara bertanggung jawab sehingga mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.
Layanan dalam bimbingan dan
konseling adalah serangkaian langkah yang diberikan kepada klien sebagai respon
dari masalah yang disampaikannya kepada konselor. Sebagai konselor yang
professional, selalu tidak terburu-buru dalam memberikan jenis layanan apa yang
seharusnya diberikan kepada klien. Konselor akan berusaha memahami secara
sekilas tentang apa masalah yang dialami klien lalu menentukan jenis layanan
apa yang sekiranya diberikan kepada klien.
Untuk metode yang konselor gunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan metode layanan informasi lalu saya juga
memasukkan sedikitnya layanan penguasaan konten. Menurut Prayitno (2017:79)
bahwa Layanan Informasi adalah salah
satu layanan yang memberikan fasilitas kepada klien dengan memberikan berbagai
informasi yang diminta atau yang dibutuhkan oleh klien sehingga dengan
informasi yang diperoleh, klien dapat mengambil sikap tentang apa yang akan
dilakukan ke depan.
Menurut Prayitno (2017) juga
layanan penguasaan konten merupakan sebuah layanan yang diberikan kepada klien
agar klien dapat menguasai konten tertentu dan selanjutnya dapat
dilaksanakannya dalam kehidupannya sehari-hari. Konseli secara umum belum
mengetahui dampak apa sajakah yang bisa didapatkan jika tidak menyukai mata
pelajaran yang universal seperti matematika. Oleh karena itu, konselor
memberikan informasi tentang bagaimana kesulitan dalam mencari kerja jika tidak
menguasai dan tidak memahami dalam mengerjakan sekaligus mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Konselor juga menggunakan metode
tanya jawab dan juga ceramah agar mengetahui lebih dalam kepribadian konseli.
Konselor berusaha bertanya pada anggota keluarga yang lain seperti kakaknya
untuk mengetahui keseharian konseli di dalam rumah. Konselor juga memberikan
asupan informasi yang dibutuhkan oleh klien serta memberikan stimulus agar
konseli menjadi ingin tahu dan belajar banyak tentang dunia kerja maupun dunia perguruan
tinggi. Stimulus yang lain berupa mengapa pentingnya menyukai matematika dan
apakah tidak menyukai matematika merupakan sikap yang negatif, dan lain
sebagainya.
3.3
ALAT DAN MEDIA LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Alat
dan media yang saya gunakan dalam layanan bimbingan dan konseling berupa sosial
media seperti whatsapp dan juga youtobe. Mengapa demikian ? terkait
wabah corona yang menjadi penyebab vakum nya seluruh lapisan masyarakat dan
tidak memungkinkannya untuk diadakan penelitian kepada setiap sekolah. Maka ini
lah salah satu cara agar bimbingan dan konseling dapat terus berjalan.
Keefektifan mungkin tidak akan sama dengan bimbingan konseling tatap muka, akan
tetapi semoga saja walaupun menggunakan media online, peserta didik tetap
merasakan dan mengerti apa yang seharusnya diperbaiki untuk masa depan yang
lebih baik.
Penggunaan
sosial media pada masa pandemi corona menjadi sebuah cara agar tetap menjaga
silahturahmi dan melakukan berbagai macam aktivitas pembelajaran. Sosial media
juga menjadi wadah untuk bisnis, bersosial, menyalurkan aspirasi dan masih
banyak lagi keuntungan yang bisa didapatkan.
Pada
kasus ini sosial media sebagai ajang untuk melakukan bimbingan sekaligus
konseling. Alat yang mudah sekaligus juga efisien yang dapat menghubungkan
manusia dengan manusia lain dari bumi belahan manapun. Kegiatan pendukung dalam
kasus ini adalah himpunan data dan juga aplikasi instrumentasi.
Data
merupakan serangkaian gambaran, nilai, informasi tentang sesuatu. Dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, data sangat dibutuhkan sebagai alasan
dan landasan bagi para konselor untuk memberikan perlakuan (treatment)
yang sesuai dengan kondisi klien saat sedang terjadinya masalah. Data yang
diperoleh dari berbagai sumber dihimpun, dikelompokkan oleh konselor untuk dijadikan
satu agar konselor dapat dengan mudah memahami data tersebut secara individual
maupun kelompok. Pada kasus ini klien berupa individu, maka memahami data
secara individu juga.
Aplikasi
instrumentasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang
peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrument, baik tes maupun non
tes, dengan tujuan untuk memahmai peserta didik dengan segala karakteristiknya
dan memahami karakteristik lingkungannya.
Media
yang digunakan berupa chatting dan juga menonton video pembelajaran yang
sudah konselor rekam dan diupload ke youtobe untuk di pelajari klien yang
mempunyai kesulitan dalam mengerjakan sesuatu. Klien juga dapat bertanya
seputar apapun yang berkaitan dengan masa depannya. Konselor serta merta
menjawab pertanyaan klien tentang apapun yang bisa mempermudah sekaligus
menggali informasi yang sebelumnya kilen tidak bisa dapatkan dan belum diketahui,
serta dipahami.
3.4
INSTRUMEN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
Instrument menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) adalah alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu,
dalam sarana penelitian berupa seperangkat tes dan sebagainya untuk
mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Instrument yang saya gunakan berupa
angket minat dan bakat untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan yang
sudah saya dapatkan sebagai konselor.
Keberhasilan dibedakan menjadi tiga
yaitu, keberhasilan kognitif, afektif dan skill. Untuk lebih lanjut kita
pelajari lebih dahulu definisi dari kognitif, afektif dan skill. Berikut adalah
definisinya;
Kemampun Kognitif adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam memecahkan suatu persoalan melaui proses
berfikir, menghubungkan, menilai serta mempertimbangkan dalam menyesuaikan diri
atas tuntutan baru dengan sarana ataupun alat bantu dalam mencapi tujuan.
Adapun tujuan pengembangan kognitif adalah mengembangkan kemampuan berfikir
anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam
alternative pemecahan masalah. Membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu serta mempunyai
kemampuan memilah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan
kemampuan berfikir teliti (Zainal Aqib, 2009:81)
Pada hal ini konseli sudah mampu
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan persamaan kuadrat, akan tetapi
masih harus berlatih lagi agar mahir dalam menguasai semua soal yang ditemukan.
Akan tetapi, sampai pada tahap krisis dengan menanyakan berbagai macam
informasi tentang sejarah matematika dan juga penemu-penemunya.
Kemampuan afektif menurut Karen
Neuman Allen merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang
penting. Pembelajaran dalam ranah afektif diperlukan untuk memudahkan
perkembangan nilai, etika, estetika dan perasaan di lingkungan belajar siswa.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat
ditenttukan oleh kondisi afektif siswa. Peserta didik yang memiliki minat
belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari
mata pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran
optimal.
Konseli pada akhirnya senang
terhadap matematika, walaupun begitu masih ada kelemahannya, yaitu konseli
masih tidak menyukai. Hal yang paling memungkinkan penyebab terjadinya hal
tersebut adalah faktor lingkungan dan juga faktor gen yang dapat mengubah semua
itu.
Lalu, ada definisi Skill
(keterampilan), menurut Gordon (1994) Keterampilan
merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan itu secara
lebih mudah serta tepat. Pendapata tentang keterampilan menurut Gordon ini
lebih kearah pada aktivitas/kegiatan yang memiliki sifat psikomotorik.
Lalu, dalam penelitian ini juga konseli
memang merupakan anak yang cerdas, dan mau belajar. Keterampilan yang dia
miliki hanya perlu diberikan sedikit polesan agar menjadi jenius. Sikap
berfikir kritis sudah terdapat di dalam dirinya sejak pertama kali saya membimbing
konseli. Semoga saja kedepan, setelah dengan bimbingan dan konseling ini
konseli menjadi terampil dalam semua aspek.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
4.1
HASIL LAYANAN BK
Temuan-
temuan yang berhasil saya rangkum mengenai sosok Rifan Abiyansyah sebagai
berikut :
Rifan
terlahir dari anak seorang guru akan tetapi orang tuanya banting stir dan memilih
menjadi petani untuk sekarang. Rifan merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Saudara laki-lakinya bernama Farhan Refiandika yang saat ini sudah menjadi mahapeserta
didik di IKIP Siliwangi, Bandung. Rifan lahir di Karawang, sebagai seorang anak
laki-laki yang riang seperti yang lainnya. Rifan sudah beragama islam sejak
lahir begitupun kedua orang tuanya. Rifan saat ini genap berusia 15 tahun,
sebagai seorang remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, Rifan senang
mencoba hal baru.
Rifan
bersekolah di SMPN 1 Pedes, sekolah favorit di lingkunganya. Sehari-hari dia
pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke
sekolah sekitar 15 menit. Rifan tidak manja untuk minta diantar kepada orang
tuanya. Ia menggunakan angkutan umum untuk sampai ke sekolah.
Di
sekolah Rifan anak yang aktif dan sering bertanya. Rifan juga mempunyai banyak
teman. Guru dan temannya menyukai dia. Rifan mengikuti ekstrakulikuler voli dan
pramuka. Dia juga jago loh bermain voli. Sering mengikuti turnamen antar
sekolah.
Selain
aktif di dalam organisasi, Rifan juga menjadi bintang di kelasnya, terbukti
dengan meraih peringkat kedua, pada waktu semester ganjil di kelas 8 loh. Saat
ini Rifan masih duduk di tingkat dua SMP. Keseharian Rifan selaku penuturan
kakanya, hobi sekali bermain game. Rifan juga sering tidur larut malam bahkan tidak
tidur untuk memuaskan keinginannya bermain game. Kegemaran Rifan yang lain
berupa menonton video di youtobe, seperti film atau video lainnya.
Setelah
konselor sudah cukup tau kepribadian Rifan, konselor mulai bertanya tentang studynya. Berupa apa saja
mata pelajaran favorit Rifan, guru yang disukainya,
alasan
tidak menyukai salah satu pelajaran dan masih banyak lagi. Berikut
penjelasannya.
Rifan
diketahui setelah ditanyakan lebih dominan terhadap pelajaran Bahasa Indonesia,
seperti kakanya yang sekarang juga merupakan prodi Bahasa Indonesia, hal itu
merupakan salah satu kesamaan yang dimiliki kaka beradik ini. Hal ini sesuai dengan pertanyaan
yang saya lontarkan melalui chatting sekaligus melalui angket. Hasilnya
tetap sama Rifan cenderung lebih menyukai Bahasa Indonesia serta IPS.
Rifan
lebih senang menghafal suatu list belanja daripada harus menulisnya. Rifan juga
lebih senang mencari tokoh dalam sebuah cerpen daripada harus menghitung berapa
buah-buahan yang dibeli oleh Ibu. Walaupun begitu, dia tidak membenci mata
pelajaran yang lain.
Rifan
menurut penuturannya tidak menyukai matematika. Alasannya beragam, seperti
rumus yang terlalu banyak, ketidakpahaman dalam mengerjakan soal, sulit
dimengerti dan lain sebagainya. Akan tetapi, Rifan tidak menyalahkan guru dalam
hal ini, bagi Rifan semua guru yang mengajar dan sudah berusaha mengajar dengan
baik dan benar. Mungkin, kesalahan hanya pada dirinya seorang.
Sebelumnya
Rifan memang masih menganggap matematika bukanlah hal penting. Walaupun begitu
dia bisa mendapatkan nilai yang memuaskan pada ulangan mata pelajaran
matematika. Sembilan puluh, pungkasnya. Akan tetapi, ketika merasa kesulitan
pada materi tertentu dia hanya bisa menjawab soal dengan poin setengahnya.
Walaupun begitu dia tidak membenci matematika, hanya kurang menyukai saja.
Setelah
mendapat banyak motifasi berisi informasi mengenai masa depan yang akan sangat
membutuhkan keterampilan dalam matematika. Hal itu rupanya tidak mengubah mata
pelajaran yang disukainya. Namun, setelah diberikan bimbingan dan konseling,
Rifan menjadi paham arti pentingnya mempelajari matematika untuk masa depannya.
Lalu, Rifan juga paham bahwa tidak menyukai matematika merupakan sifat negatif,
dia mengatakan secara terang-terangan, tanpa paksaan. Pengisian diangket pun
menjadi tolak ukur dia berbohong atau tidak.
Rifan
memang kurang menyukai matematika, walaupun setelah diberitahu betapa
pentingnya pengaplikasian matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal,
tersebut, membuat konselor menjadi bingung. Disatu sisi, Rifan adalah anak yang
cerdas yang meraih peringkat di kelasnya, mendapatkan nilai yang cukup tinggi
untuk seusianya pula, untuk materi tertentu yang dia kuasai, akan tetapi, dia
tetap tidak menyukai matematika.
Lalu,
setelah diberikan motivasi secara berkala, namun tidak terlalu sering. Karena
konselor juga harus mengetahui tingkat mood konseli, agar konseli tidak
merasakan kebosanan karena terlalu sering dihubungi terus menerus. Konselor
selalu bertanya, bagaimana keadaan hari ini, bagaimana keadaan keluarganya,
apakah konselor mengganggu hari-harinya, apakah konseli sedang merasa sibuk,
dan hal lain sebagainya.
Setelah
ditelusuri lebih lanjut, diketahui kesulitan yang dia hadapi adalah materi
tentang persamaan kuadrat. Untuk mencari akar-akar, dia masih kebingungan dan
menampik, jika ditelusuri itu merupakan soal-soal SBMPTN. Rifan tidak membuka
bukunya. Akan tetapi, melihat di situs pencari google. Kebenaran dalam ketidakpahaman
memang tidak patut dipertanyakan, jika soal yang merasa menjadi kesulitan
adalah setaraf dengan soal-soal SBMPTN. Setelah diberi pengarahan, bahwa soal
SMP bukanlah soal seperti itu, akan tetapi lebih mudah lagi. Lalu, Rifan
bersikeras menampik bahwa soal inilah yang terdapat di dalam bukunya, walaupun
dia tidak membuka bukunya.
Lalu,
dia akhirnya mengalah dan mengaku bahwa ini merupakan soal semester satu, dan
soal yang dia berikan adalah soal semester ini. Dia tidak memaksa untuk minta
dijelaskan materi yang merasa kesulitan, akan tetapi inisiatif sebagai seorang
guru, hati saya pun tergerak untuk membantu menjelaskan. Rifan dengan sangat
bersemangat mengenai hal itu, mungkin karena ada orang yang mengerti dirinya
dan kesulitannya.
Permulaan,
memang dia mau belajar, namun lambat laun, Rifan jarang membalas pesan yang
saya kirimkan. Setelah diketahui, ternyata dia memang kelelahan setelah bermain
game sampai larut malam. Akhirnya, pada siang hari, di terpaksa tidur untuk
menghilangkan rasa kantuknya.
Rifan
mulai paham materi yang saya ajarkan, lalu dia dengan inisiatif mencoba sendiri
soal yang dia ajukan kepada saya. Sangat menyenangkan sekali mempunyai murid
yang bersemangat seperti itu, walaupun anak laki-laki akan tetapi semangat
ingin tahunya tidak kalah dengan anak perempuan. Ternyata hasilnya benar dan
saya terpukau ternyata daya tangkapnya memang bagus, hanya butuh sedikit
bimbingan saja. Hal itu tidak sontak membuat saya menghentikan bimbingan ini,
akan tetapi membuat lebih bersemangat untuk terus membimbingnya agar lebih
menyukai matematika.
Lalu,
setelah beberapa hari, saya tidak menghubunginya, saya kembali ingin menanyakan
apa tidak menyukai mata pelajaran matematika menjadi tergeser akibat bimbingan
dan konseling saya. Hal itu ternyata berbuah manis, konseli yang saya bujuk,
saya beri dukungan moril serta nasehat meluluhkan prinsip yang dia bawa pada
dirinya. Faktor lingkunganpun menjadi tergeser akibat bimbingan dan motivasi
yang saya berikan. Saya sangat berharap untuk ke depan, dalam masa depannya
Rifan bisa sukses sesuai dengan keinginan hatinya. Rifan, akhirnya mengaku mau
menyukai matematika, dan akan menganggap matematika adalah ilmu universal yang
penting dan berguna bagi masa depannya, begitu pengakuan yang dia isi pada
angket saya kirimkan kepadanya.
4.2
PEMBAHASAN LAYANAN BK
Pembahasan mengenai praktik
bimbingan dan konseling yaitu berkenaan dengan hasil layanan BK. Bimbingan yang
saya gunakan memang tidak serratus persen mengubah konseli menjadi seperti yang
saya inginkan. Akan tetapi, perubahan konseli dalam rasa senang terhadap
matematika itu juga merupakan sebuah kemajuan.
Berdasarkan analisis data, maka
memberikan hasil bahwa kesulitan matematika disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal.
a.
Faktor
penyebab kesulitan secara internal
1)
Sikap
dalam belajar
Berdasarkan analisis yang didukung dengan wawancara,
konselor menemukan bahwa sikap konseli terhadap pelajaran matematika tidak
menyukai karnea matematika merupakan pelajaran yang sulit, rumusnya sulit
dipahami, sehingga konseli tidak menyukai pelajaran matematika.
2)
Bakat
yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru
3)
Kebiasaan
belajar yang kurang baik
Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada
tingkat hafalan dan tidak dengan pengertian yang dapat dipahami
4)
Terlalu
sering bermain game online
Mengakibatkan konseli menjadi lupa waktu, lalu malas
untuk membuka buku kembali.
5)
Motivasi
Belajar
Berdasarkan wawancara kepada konseli, konseli merasa
pelajaran matematika materinya tidak menarik. Bahkan membuat malas pada saat
belajar matematika.
6)
Kesehatan
Tubuh
Berdasarkan hasil wawancara dengan konseli. Konseli
terkadang sering tidak konsentrasi saat pelajaran matematika.
b.
Faktor
penyebab kesulitan secara eksternal
1)
Lingkungan
keluarga
Berdasarkan wawancara dengan konseli, lingkungan
keluarga lebih mendominasi dalam hal sastra. Walaupun ayahnya seorang petani,
lantas tidak membuat anak-anaknya menyukai matematika, hal itu bertolak
belakang dengan sesuatu yang semestinya dapat diaplikasikan kelak, jika menjadi
profesi yang sama seperti ayahnya.
Solusi untuk penyebab kesulitan
secara internal yaitu dengan memberikan bantuan motivasi dengan memberikan
pendekatan personal, yaitu bimbingan dan pendekatan psikologis agar lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Solusi untuk kesehatan
tubuh konselor mengingatkan kepada konseli agar sebelum berangkat ke sekolah diupayakan
untuk sarapan terlebih dahulu.
Solusi untuk penyebab terlalu
sering bermain game online yaitu dengan Memberikan arahan kepada konseli agar
dapat memanajemen waktu untuk bermain, dan membagi waktu untuk istirahat serta belajar.
Hal itu seharusnya dibantu dengan orang tua, agar terdapat rasa sungkan untuk
bermain game online secara nonstop.
Solusi untuk penyebab faktor
lingkungan keluarga yaitu orang tua mempunyai peran penting dalam masa depan
yang akan diraih buah hatinya. Seharusnya jika dalam hasil prestasi belajar,
anak mendapat poin yang relative berkurang, orang tua seharusnya lebih tangkap
dalam memotivasi anaknya agar lebih menyukai matematika. Contoh konkrit, orang
tua mengajak konseli untuk ikut menghitung hasil panen di sawah, atau membantu ibu
dalam menulis pengeluaran sehari-hari, dan masih banyak lagi cara lain untuk
membuat konseli menjadi menyukai matematika.
Solusi
untuk kesulitan yang lain walaupun saya belum melakukan observasi ke sekolah,
menurut prediksi guru yang mengajar matematika pada sekolah konseli mungkin
menggunakan metode ceramah, sehingga hanya melakukan satu arah dan membuat
peserta didik pasif. Sebaiknya juga dilakukan pemberian scaffollding
yaitu tentang penguasaan konsep ilmu yang dipelajari dari jenjang kelas
sebelumnya sehingga peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan oleh
guru.
Ada
kalanya media pembelajaran perlu bervariasi seperti macromedia flash, geogebra
dan game edukasi dipergunakan, agar proses belajar mengajar menjadi
menyenangkan dan menjadi efektif. Jika pembelajaran efektif dan menyenangkan akan membuat peserta didik memperoleh prestasi
belajar lebih baik lagi.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
KESIMPULAN
Kesulitan
peserta didik dalam memahami mata pelajaran matematika memang mempunyai banyak faktor.
Akan tetapi, ketika peserta didik sudah mengganggap matematika merupakan ilmu
universal yang penting bagi masa depan, membuat mereka berfikir dan mengubah
diri. Mengetahui bahwa sikap tidak menyukai matematika adalah sikap negatif,
bahwa menyenangi matematika itu suatu kewajiban, merupakan sebuah kemajuan
juga. Menjadikan suatu hal menjadi disenangi tidak lah mudah, perlu banyak cara
agar peserta didik menjadi menyukai mata pelajaran matematika. Perlu adanya
kordinasi dari berbagai pihak.
Faktor
lingkungan pun berperan penting untuk masa depan anak, walaupun suatu hari
nanti, dia tidak menjadikan matematika sebagai sebuah kemampuan mumpuni yang ia
miliki, akan tetapi menyenangi matematika merupakan suatu kewajiban agar kelak
kita tidak ditipu oleh oknum tertentu.
Faktor internal dan eksternal menjadi penyebab
anak cenderung kurang menyukai matematika. Faktor internal seperti; sikap dalam
belajar, bakat yang kurang sesuai, kebiasaan belajar yang kurang baik, terlalu
sering bermain game online, motivasi belajar yang kurang, serta kesehatan
tubuh. Lalu, ada faktor eksternal berupa lingkungan keluarga serta kemungkinan
guru yang kurang kreatif serta kurangnya memakai media pembelajaran berupa Macromedia
Flash, geogebra, maupun game edukasi.
Upaya
saya selaku konselor adalah memotivasi konseli agar menyenangi matematika,
membuat konseli sadar bahwa matematika adalah ilmu universal dan penting untuk
masa depan, lalu membuat konseli juga mengetahui bahwa sikap tidak tidak
menyukai matematika adalah sikap yang negatif, serta membuat konseli paham
bahwa pengaplikasian matematika sangat penting untuk kehidupan sehari-hari.
5.2
REKOMENDASI
1.
Bagi
konseli,
hendaknya menyenangi matematika bukan suatu paksaan. Itu merupakan suatu
kewajiban yang akan berguna bagi masa depan. Konseli hendaknya kebih sering
berlatih sehingga kesulitan dalam matematika dapat diminimalisir. Jika dirasa
kurang paham terhadap materi, tanyakan kepada guru yang bersangkutan agar
menjelaskan lagi bagian mana yang kurang dipahami. Konseli juga hendaknya
mengatur waktu untuk bermain game online. Sarapan sebelum berangkat ke sekolah
juga hendakanya dilakukan sehingga konseli dapat focus dalam menangkap materi
yang disampaikan oleh guru.
2.
Bagi
orang tua,
orang tua hendaknya lebih memperhatikan lagi sikap anaknya, bagaimanapun juga
Pendidikan utama terlahir dari keluarga. Bermain game online silahkan
diperbolehkan, walaupun konseli anak laki-laki, akan tetapi orang tua paham
bagaimana seharusnya mendidik anaknya sendiri. Besar harapan konselor, orang
tua dapat menekan tingkat intesitas konseli dalam bermain game online khususnya
pada jam tidur. Jika kelelahan pada malam hari, akan berakibat kurang fokusnya
anak dalam menyerap berbaga informasi. Dengan begitu, dikhawatirkan prestasi
yang sudah diraih dapat mengalami penurunan yang signifikan.
3.
Bagi
guru,
guru hendaklah membuat peserta didik menjadi gemar dalam mata pelajarannya, hal
itu merupakan suatu keawajaran upaya yang dilakukan oleh berbagai macam guru
mata pelajaran. Penggunaan media seperti macromedia flash, geogebra, game
edukasi bisa dapat membantu keberlangsungan dalam proses belajar mengajar. Metode
yang digunakanpun sebaiknya di evaluasi kembali apakah berhasil atau tidak.
Jika dirasa metodenya hanya bersifat satu arah, maka gunakanlah metode yang
lain.
4.
Bagi
peneliti lain,
untuk teman sejawat marilah kita melakukan kebaikan untuk membantu orang lain,
sesungguhnya jika kita melakukan kebaikan, maka kebaikan tersebut akan datang
lagi kepada diri kita. Bantulah konseli dengan ikhlas dan berbesar hati.
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian, A., Pertama, S.
M., Muhammadiyah, S. M. P., & Muhammadiyah, S. M. P. (n.d.). DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DAN SOLUSI ALTERNATIFNYA Raras Kartika Sari Pendidikan
Matematika , IKIP Budi Utomo Malang Matematika memiliki peranan penting dalam
segala aspek kehidupan terutama dalam meningkatkan daya pikir manusia (
Sumatini , 2016 , Sahu. 2(1), 23–31.
Jatmiko, J. (2018). Kesulitan
Peserta didik Dalam Memahami Pemecahan Masalah Matematika. JIPMat, 3(1),
17–20. https://doi.org/10.26877/jipmat.v3i1.2285
Caryono, S., & Suhartono,
M. (2012). Analisis Deskriptif Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Mata Pelajaran
Matematika Di Sma Negeri 8 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. …
Karakter Guru Dan Siswa, November 2012, 978–979.
http://trafficlight.bitdefender.com/info?url=http://eprints.uny.ac.id/10100/&language=en_US
Kamarullah. (2017).
Pendidikan Matematika Di Sekolah Kita. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Matematika, 1(1), 21–32.
Profesi, J., Ikatan, P.,
& Pendidikan, S. (n.d.). Jurnal Profesi Pendidik Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI). 1(1), 1–56.
Sukardi, D. K., &
Kusmawati, D. P. E. N. (2008). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
56–57.
Asuh, P., & Santri, K.
(2018). Bimbingan dan Konseling Islam أ ِ ب ا م او ي ّ ٍ و ق ِ ب ا م ي ّ ِ غ
ي ت َّ ح م ِ غ ي ل َ لل َّ ٱ
ن ِ إ ... (Vol. 2).
Amti, P. dan E. (2008). Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling.
Sutirna, S. (2019). BUKU
BIMBINGAN KONSELING (Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal). Universitas
Singaperbangsa Karawang, March.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (2014). Panduan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Foto-foto
melaksanakan kegiatan layanan BK
A.
Angket sebelum bimbingan dan
konseling
B.
Angket setelah bimbingan dan
konseling
2.
INSTRUMEN
LAYANAN BK
3.
RPL-BK
Komentar
Posting Komentar